Kapitra Ampera: Tak Ada Prestasi, Prabowo Menakuti Rakyat Agar Dipilih
Politisi PDIP Kapitra Ampera menilai, pidato capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia bisa punah jika pihaknya kalah di Pilpres 2019, merupakan upaya untuk menutup-nutupi kekurangan dan ketidakmampuannya sebagai calon pemimpin.
"Jadi begini, ada dua hal. Secara psikologi itu sebuah inferiority complex. Orang yang tidak punya kemampuan, seolah-olah punya kemampuan. Orang yang berusaha menutup-nutupi kekurangannya dengan seolah-olah punya kelebihan," kata Kapitra kepada NNC, Sabtu (22/12/2018).
Selain itu, Kapitra menyebut pernyataan Prabowo seolah-olah mendahului takdir Allah dan ingin menunjukkan jika dirinya tak menjadi presiden maka Indonesia bakal punah, padahal pada kenyataannya Ketua Umum Partai Gerindra itu telah gagal di pilpres-pilpres sebelumnya, namun bangsa ini masih tetap utuh.
"Secara teologi, itu sombong. Itu mendahului takdir Allah. Seakan-akan hanya dia yang mampu membangun pemerintahan ini. Tidak ada orang lain yang mampu memerintah. Padahal, realitasnya dia sudah beberapa kali kalah. Sudah beberapa kali kalah Indonesia utuh saja," ujar Kapitra.
"Lalu mencari-cari, membangun opini bahwa negara ini sudah begini, akan begitu. Karena itu tadi inferiority complex, orang yang tidak punya kemampuan menunjukkan seolah-olah punya kemampuan. Membesar-besarkan diri, seolah-olah hanya dia yang mampu," sambungnya.
Selain itu, Kapitra berpendapat, narasi Indonesia punah yang disampaikan Prabowo merupakan bentuk kepanikan karena tidak memiliki program yang jelas dan tidak memiliki prestasi untuk ditonjolkan sebagai capres, sehingga menakut-nakuti rakyat agar memilihnya di Pilpres 2019.
"Ini saya pikir hanyalah kepanikan saja. Karena dia tidak memiliki program, tidak memiliki rencana kerja yang jelas, tidak ada rekam jejak dia punya prestasi di republik ini," ungkap mantan kuasa hukum Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab ini.
"Jadi karena kepanikan-kepanikan dan tidak punya prestasi itu semua didramatisir, dipolitisasi, menakut-nakuti rakyat, menimbulkan kecemasan agar masyarakat memilih dia," tutup Kapitra.
Sebelumnya, saat berpidato di Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada Senin (17/12/2018), Prabowo mengatakan Indonesia bisa punah jika pihaknya kalah di Pilpres 2019. Sebab, elite yang berkuasa di saat ini selalu mengecewakan dan gagal menjalankan amanah rakyat, hingga menyebabkan tingginya ketimpangan sosial di Indonesia.
"Karena itu, kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah, karena elite Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal menjalankan amanah dari rakyat Indonesia. Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru, sistem yang salah," kata Prabowo.
"Jadi begini, ada dua hal. Secara psikologi itu sebuah inferiority complex. Orang yang tidak punya kemampuan, seolah-olah punya kemampuan. Orang yang berusaha menutup-nutupi kekurangannya dengan seolah-olah punya kelebihan," kata Kapitra kepada NNC, Sabtu (22/12/2018).
Selain itu, Kapitra menyebut pernyataan Prabowo seolah-olah mendahului takdir Allah dan ingin menunjukkan jika dirinya tak menjadi presiden maka Indonesia bakal punah, padahal pada kenyataannya Ketua Umum Partai Gerindra itu telah gagal di pilpres-pilpres sebelumnya, namun bangsa ini masih tetap utuh.
"Secara teologi, itu sombong. Itu mendahului takdir Allah. Seakan-akan hanya dia yang mampu membangun pemerintahan ini. Tidak ada orang lain yang mampu memerintah. Padahal, realitasnya dia sudah beberapa kali kalah. Sudah beberapa kali kalah Indonesia utuh saja," ujar Kapitra.
"Lalu mencari-cari, membangun opini bahwa negara ini sudah begini, akan begitu. Karena itu tadi inferiority complex, orang yang tidak punya kemampuan menunjukkan seolah-olah punya kemampuan. Membesar-besarkan diri, seolah-olah hanya dia yang mampu," sambungnya.
Selain itu, Kapitra berpendapat, narasi Indonesia punah yang disampaikan Prabowo merupakan bentuk kepanikan karena tidak memiliki program yang jelas dan tidak memiliki prestasi untuk ditonjolkan sebagai capres, sehingga menakut-nakuti rakyat agar memilihnya di Pilpres 2019.
"Ini saya pikir hanyalah kepanikan saja. Karena dia tidak memiliki program, tidak memiliki rencana kerja yang jelas, tidak ada rekam jejak dia punya prestasi di republik ini," ungkap mantan kuasa hukum Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab ini.
"Jadi karena kepanikan-kepanikan dan tidak punya prestasi itu semua didramatisir, dipolitisasi, menakut-nakuti rakyat, menimbulkan kecemasan agar masyarakat memilih dia," tutup Kapitra.
Sebelumnya, saat berpidato di Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada Senin (17/12/2018), Prabowo mengatakan Indonesia bisa punah jika pihaknya kalah di Pilpres 2019. Sebab, elite yang berkuasa di saat ini selalu mengecewakan dan gagal menjalankan amanah rakyat, hingga menyebabkan tingginya ketimpangan sosial di Indonesia.
"Karena itu, kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah, karena elite Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal menjalankan amanah dari rakyat Indonesia. Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru, sistem yang salah," kata Prabowo.
Comments
Post a Comment